Pidato di PBB, Prabowo pamer Indonesia swasembada pangan dan siap ekspor beras

JAKARTA: Setelah absen selama 11 tahun, kepala negara Indonesia kembali naik ke mimbar debat umum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam pidatonya di markas besar PBB di New York, Selasa (23/9) waktu setempat, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia kini telah mencapai swasembada pangan, khususnya beras, dan siap mengekspor ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk Palestina.
“Tahun ini, kami mencatat produksi beras dan cadangan gabah tertinggi dalam sejarah. Kami kini telah swasembada beras dan telah mengekspor beras ke negara-negara lain yang membutuhkan, termasuk menyediakan beras untuk Palestina,” kata Kepala Negara dalam pidatonya dikutip Antara.
Klaim Indonesia swasembada pangan sebelumnya juga pernah disampaikan di forum internasional. Bedanya, kala itu Presiden Soeharto menyampaikannya di forum Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di Roma, Italia, pada 1985 — empat dekade sebelum Prabowo mengumumkan hal serupa di PBB.
KETAHANAN PANGAN DAN KRISIS GLOBAL
Prabowo menyoroti bahwa populasi dunia yang terus bertambah dan tekanan besar terhadap bumi telah memicu krisis pangan, energi, dan air di berbagai negara. Ia menekankan bahwa Indonesia memilih untuk menjawab tantangan itu dari dalam negeri, sekaligus membantu negara lain sesuai kemampuan.
Menurutnya, pencapaian swasembada beras diikuti dengan pembangunan rantai pasok pangan yang tangguh, penguatan produktivitas petani, dan investasi besar di sektor pertanian yang berketahanan terhadap dampak perubahan iklim.
“Perhatian kami bukan hanya untuk bangsa Indonesia, tetapi juga untuk memperkuat ketahanan pangan global, demi menjamin masa depan pangan bagi anak-anak Indonesia dan generasi dunia,” tegas presiden.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga menghadapi dampak krisis iklim.
Prabowo menyebut setiap tahun permukaan laut di Jakarta naik sekitar 5 sentimeter. Untuk mengantisipasi hal itu, Indonesia harus membangun tembok laut sepanjang 480 kilometer yang diperkirakan membutuhkan waktu hingga 20 tahun untuk rampung.
Dalam kebijakan yang lebih luas, Prabowo menegaskan komitmen Indonesia pada Perjanjian Paris 2015 dengan target net zero emission paling lambat 2060. Namun ia optimistis Indonesia dapat mencapainya sebelum tenggat tersebut.
“Kami sedang transisi ke pola pembangunan terbarukan,” ucapnya.
Salah satu langkah konkret adalah pengembangan pertanian cerdas iklim, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga berdaya tahan, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung cita-cita menjadikan Indonesia hub pangan dan air bersih dunia.
Pidato Prabowo di PBB juga mempertegas kebijakan luar negeri Indonesia yang menekankan solidaritas global. Sebelumnya, pada Juli lalu, pemerintah Indonesia telah menyalurkan 10.000 ton beras untuk Palestina sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan.
Ikuti saluran WhatsApp CNA Indonesia untuk dapatkan berita menarik lainnya. Pastikan fungsi notifikasi telah dinyalakan dengan menekan tombol lonceng.
https://allaboutos.com/